BAPPENAS Policy Modelling Dashboard (BPMD) 2.0 adalah sebuah aplikasi online yang mengintegrasikan berbagai model ekonomi yang dimiliki oleh lingkup Kedeputian Ekonomi Bappenas. Penggunaan model ekonomi merupakan hal yang selalu dilakukan oleh kedeputian ekonomi sebagai upaya untuk memahami dan memberikan solusi dari dinamika perekonomian yang terjadi di lingkup nasional ataupun internasional.
BPMD setidanya mempunyai empat karakterstik: Integrated, yaitu mengintegrasikan berbagai model yang dimiliki BAPPENAS; Specific, yaitu memiliki spesifikasi khusus dan dapat diprioritaskan untuk aplikasi sebuah kebijakan; User-friendly, yaitu mudah dipergunakan oleh non-modeller; dan Informative, yaitu menghasilkan output yang mudah dipresentasikan (Informative).
Lingkup dari BPMD kebijakan fiskal, sektor eksternal, bencana alam & perubahan iklim, analisis sektoral, ekonomi regional, pengeluaran sosial, analisis sektoral & sosial ekonomi dan efisiensi infrastruktur.
Model-model ekonomi yang digunakan di BPMD 2.0
BPMD menggunakan setidaknya tiga model Computable General Equilibrium (CGE). Model Computable Genereal Equilibrium (CGE) adalah model ekonomi yang mewakili perekonomian nasional yang dilandasi perilaku ekonomi mikro yang rinci. Model-nya sendiri dapat diwakili oleh sistem n persamaan non-linear dengan n variabel endogen serta banyak variabel eksogen. Sistem persamaan tersebut berfungsi menentukan harga dan kuantitas komoditas dan input (termasuk input primer misalnya, tenaga kerja, modal, dan lahan serta input antara).
Tiga model CGE yang digunakan dalam BPMD adalah IndoTERM, INDONESIA-E3, dan GTAP.
IndoTERM
IndoTERM adalah model CGE antar-daerah yang bersifat bottom-up. Bottom-up berarti bahwa ekonomi nasional merupakan agregasi dari ekonomi sub-nasional. Tidak seperti jenis model multi-wilayah yang bersifat top-down, dengan model bottom-up, setiap komoditas, tak terkecuali, memiliki persamaan ekuilibrium (market-clearing) sendiri-sendiri untuk masing-masing daerah. Dengan demikian, harga untuk masing-masing komoditas berbeda di setiap daerah. Salah satu keguanaannya, kita bisa memformulasikan shock yang sifatnya spesifik di daerah tertentu.
Contoh penggunaan model IndoTERM dapat dibaca, misalnya, pada paper tentang analisis dampak moratorium kelapa sawit di Indonesia:
IndoTERM juga digunakan dalam salah satu analisis terkait dampak regional dari reformasi subisidi BBM
(https://link.springer.com/chapter1)
dan dampak pengurangan emisi karbondioksida untuk Indonesia
(https://link.springer.com/chapter2)
IndoTERM sendiri berasal dari model TERM, model antar-daerah dari ekonomi Australia. TERM adalah model CGE bottom-up yang diciptakan khusus untuk menggunakan data regional yang sangat besar tetapi cukup efektif secara komputasi. Informasi lebih rinci tentang model TERM dapat ditemukan disini (https://www.copsmodels.com/term.htm).
Pengembangan IndoTERM sendiri adalah hasil kolaborasi dari berbagai institusi yaitu Center for Economics and Development Studies (CEDS), Universitas Padjadjaran (Prof. Arief Anshory Yusuf
(http://sdgcenter.unpad.ac.id/arief-yusuf/)), Indonesia; Center for Policy Studies (COP), Victoria University Australia (Prof. Jonathan Mark Horridge (https://www.copsmodels.com/jmh.htm)); Asian Development Bank/ADB; AusAID; dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS.
Secara ringkas, persamaan-persamaan dasar dalam model IndoTERM, secara umum terdiri dari:
- Di setiap daerah, produsen meminimalkan biaya produksi dan memiliki teknologi produksi CES (Constant Elasticity of Substitution). Dari optimisasi ini diturunkanlan sistem persamaan permintaan faktor produksi. Faktor produksi tersebut terdiri dari tenaga kerja, modal, tanah, dan input antara. Permintaan faktor-faktor produksi tersebut tergantung dari harga faktor produksi serta dipengaruhi juga oleh elastisitas substitusi antara faktor produksi tersebut.
- Di setiap daerah, pengguna barang yang meliputi industri, rumah tangga, investor dan pemerintah membentuk sistem persamaan permintaan. Sistem permintaan dari masing-masing pengguna ini terdiri dari tiga tahap (nested demand system). Pertama, di setiap daerah, untuk setiap komoditas, konsumen secara optimal memilih kombinasi barang berdasarkan daerah asalnya. Pilihan kombinasi ini dipengaruhi olah variasi harga barang dari daerah barang berasal. Secara teknis, di tahap pertama, konsumen meminimalkan total ongkos pembelian barang dengan memilih kombinasi asal daerah. Di tahap kedua, konsumen / pengguna memilih kombinasi yang optimal dari komoditas dalam negeri atau impr. Di tahap terakhir, konsumen memilih kombinasi yang optimal dari berbagai jenis komoditas sebagai fungsi dari harga dan kendala anggaran yang mereka hadapi. Di tahap terakhir ini, untuk rumah tangga, sistem persamaan permintaannya adalah Linear Demand System (LES).
- Rumah tangga menyediakan tenaga kerja baik terampil maupun tidak terampil, modal dan tanah.
- Dalam model empat jenis tenaga kerja dibedakan: tenaga kerja pertanian, manual / pekerja produksi, pekerja administrasi, dan pekerja manajerial. Di sinilah fungsi produksi juga bersifat nested. Di setiap industri, semua jenis tenaga kerja tersebut bagian dari fungsi produksi CES untuk menghasilkan 'tenaga kerja komposit'. Tenaga kerja komposit tersebut selanjutnya adalah bagian dari fungsi produksi CES lanjut untuk output industri.
- Fungsi permintaan ekspor untuk setiap barang yang dipengaruhi oleh elastisitas permintaan luar negeri untuk ekspor Indonesia ke seluruh dunia.
- Tarif impor dan pajak cukai untuk seluruh komoditas, pajak pertambahan nilai terintegrasikan dalam persamaan yang menghubungkan harga konsumen dan harga produsen (basic price).
- Berbagai identitas ekonomi makro yang memastikan bahwa konvensi neraca ekonomi makro standar yang berlaku.
IndoTERM yang digunakan dalam BPMD 2.0 mengkalibrasi perekonomian Indonesia pada tahun 2010. Proses kontruksi database IndoTERM (atau TERM) bisa dibaca di paper (https://www.copsmodels.com/ftp/workpapr/g-219.pdf) ini, sementara sumber-sumber data yang digunakan dalam IndoTERM 2010 bisa dipelajari di paper (https://www.copsmodels.com/archivep/tpmh0168.zip) ini.
INDONESIA-E3
INDONESIA-E3 merupakan model CGE yang bersifat multi-sektor dan multi rumah tangga dengan fitur analisis distribusional yang mendetail. Model ini dibangun berdasarkan ORANI-G. Struktur teorinya merupakan khas dari umumnya model CGE statis yang terdiri dari persamaan-persamaan yang menjelaskan:
- Permintaan input faktor produksi oleh industri
- Penawaran komoditas
- Permintaan input untuk pembentukan modal
- Permintaan rumah tangga
- Permintaan untuk ekspor
- Permintaan pemerintah
- Keterkaitan antara nilai dasar terhadap biaya produksi dan harga produsen
- Kondisi pasar kliring untuk komoditas-komoditas dan faktor-faktor primer
- Sejumlah variabel ekonomi makro serta indeks harga
Sebagai gambaran, berikut ini adalah modifikasi dari struktur model ORANI-G standar yang diaplikasikan untuk model INDONESIA-E3:
- Penambahan fitur utama berupa jumlah tenaga kerja dan rumah tangga yang lebih detail.
- Model ini merupakan model multi-sektoral dimana terdapat 69 industri dan 69 komoditas.
- Terdapat 18 jenis input produksi, yaitu capital, land dan 16 kelompok tenaga kerja yang terdiri atas tenaga kerja pertanian, tenaga kerja produksi, tenaga kerja tata usaha, dan tenaga kerja profesiona baik formal maupun informal, baik di desa maupun di kota.
- Model ORANI-G yang standar memperlakukan komoditas-komoditas energi sebagai input antara dalam fungsi produksi Leontief. Oleh karena itu, tidak memungkinkan adanya substitusi harga energi (price–induced energy substitution). Modifikasi pertama dilakukan dengan memungkinkan adanya substitusi antar komoditas-komoditas energi, dan juga antar input-input primer (kapital, tenaga kerja, dan tanah) serta energi. Terkait dengan hal tersebut, model ini memiliki 69 industri, dan 69 komoditas dengan sektor-sektor enegi yang detail. Komoditas-komoditas yang termasuk komoditas energi tersebut antara lain Minyak, Gas, Geothermal, Batubara, BBM, Non-BBM, dan Listrik.
- Model INDONESIA-E3 juga memasukkan perhitungan emisi karbon (CO2), dan mekanisme pajak karbon.
- Memasukkan fitur multi-rumah tangga (200 rumah tangga) merupakan modifikasi lain yang penting dala model ini. Fitur multi-rumahtangga tidak hanya dimasukkan dalam sisi pengeluaran atau sisi permintaan saja, tetapi juga pada sisi pendapatan.
- Model standar ORANI-G data dasarnya secara umum didasarkan pada tabel Input-Output, sementara model INDONESIA-E3 membutuhkan berbagai tipe data yang hanya tersedia dalam tabel Social Accounting Matrix (SAM), sebagai contoh, sektor perusahaan memiliki banyak undistributed earnings, dan nilai transfer antar institusi seperti dari pemerintah kepada rumah tangga terekam. Fitur-fitur penting tersebut tidak bisa didapat hanya didasarkan pada model Input-Output saja. Model ini kemudian dimodifikasi untuk memasukkan masalah transfer antar institusi, terutama transfer dari pemerintah kepada rumah tangga.
Model INDONESIA-E3 diaplikasikan dalam berbagai kasus, misalnya pada paper-paper berikut:
Aplikasi INDONESIA-E3 tersbut melihat dampak distribusional dari pajak karbon. Selain itu juga, misalnya, diaplikasikan untuk melihat dampak distribusi dari reformasi harga BBM dalam paper berikut:
Paper lain menggunakan INDONESIA-E3 menganalisa dampak dari perubahan penggunaan lahan.
Atau paper yang melihat dampak dari kenaikan harga komoditas internasional terhadap kemiskinan dan ketimpangan.
Penjelasan lebih teknis tentang model INDONESIA-E3 dapat dibaca di paper ini. (https://econpapers.repec.org/paper/unpwpaper/200804.htm)
GTAP
GTAP (Global Trade Analysis Project) model adalah model CGE multi-country. Model GTAP standar adalah model CGE multicountry, multisektor, dengan asumpsi persaingan sempurna dan constant returns to scale. GTAP memodel preferensi rumah tangga menggunakan bentuk fungsional CDE non-homothetic; memberikan perlakuan eksplisit terhadap margin perdagangan dan transportasi internasional; memodel perdagangan bilateral melalui asumsi Armington; memodel sektor perbankan global yang menjadi perantara antara tabungan dan konsumsi.
Deskripsi teknis dari model GTAP dapat dibaca dari paper berikut:
-
Corong, E. L., Hertel, T. W., McDougall, R., Tsigas, M. E., & van der Mensbrugghe, D. (2017). The standard GTAP model, version 7. Journal of Global Economic Analysis, 2(1), 1-119.
(https://jgea.org/resources/jgea/ojs/index.php/jgea/article/view/47)